Selasa, 16 Agustus 2011

Sangat Wajar Bumi Kita Kena Bencana

Saat menulis artikel ini pun, saya masih menemui seorang pria yang sedang asik menghisap rokoknya di siang bolong, padahal jelas-jelas ini adalah bulan Ramadhan. Walaupun dia bukan muslim, paling tidak seharusnya dia bisa sedikit menghormati. Apalagi kalau dia muslim, masya allah.

Bicara soal bencana, ada banyak bencana yang sudah diturunkan Allah ke bumi kita ini. Mulai dari Gempa Bumi, Tsunami, Longsor, Badai, dan bencana-bencana lainnya. Saat terjadi bencana, seluruh umat manusia mulai menyebut-nyebut namaNya. Memohon ampun, meminta pertolongan, dan sebagainya. Sekarang, apakah kita masih tetap mau menunggu bencana datang baru menyebut namaNya? Pertanyaan yang tidak perlu dijawab, karena realita sudah menjawabnya dengan sangat jelas. Dalam menyambut bulan suci Ramadhan ini, kali ini saya akan membahas tentang perilaku manusia dalam menyambut bulan suci Ramadhan 1430H.

Pertama, yang sudah sangat jelas adalah dunia Televisi yang semakin merusak moral. Iklan-iklan sudah mulai berlomba-lomba mengobral Aurat para wanita. Seakan sudah tidak segan lagi dalam melakukan hal itu. Selain itu, jilbab juga sudah sangat jarang digunakan. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, masih ada sedikit rasa hormat dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Dulu, masih ada wanita-wanita di Televisi yang memakai Jilbab dalam membawakan atau mengisi acara di Televisi. Tapi sekarang, sudah sangat langka ditemui ada wanita yang mau mengenakan busana sopan di bulan Ramadhan. Mereka malah tidak segan-segan membuka aurat. Sebuah realita yang memprihatinkan. Hal ini membuat kesan Ramadhan terasa berkurang. Entah apa yang membuat dunia pertelevisian menjadi berubah drastis seperti ini.

Yang kedua adalah lingkungan dan masyarakat. Sekedar berbagi pengalaman, beberapa hari yang lalu saya berangkat ke palangkaraya dari Banjarmasin dengan menggunakan Travel. Travel yang saya naiki adalah sebuah kijang krista. Dengan menggunakan mobil jenis ini, lama perjalanan dari Banjarmasin ke Palangkaraya adalah sekitar 4 sampai 5 jam. Saya berangkat mulai jam 9 pagi. Di dalam mobil, hampir semua penumpang adalah muslim. Saya mengetahui dari Jilbab yang dipakai para wanitanya, dan yang laki-laki tidak lain adalah keluarga dari para muslim ini. Yang non muslim ada 2 orang. Saat sudah mulai setengah perjalan, kami berhenti di sebuah pemberhentian. Sang sopir memang tidak puasa, karena ia kelelahan membawa mobilnya. Ia pun makan bersama dengan dua orang yang non muslim tadi. Yang membuat saya kaget, ternyata seluruh penumpang turun dari mobil dan makan siang. Saya berusaha memisah diri dari mereka. Bukannya saya merasa sempurna sehingga mempertahankan puasa saya, tapi saya teringat bahwa puasa ini adalah wajib bagi orang-orang yang beriman. Saya bertambah kaget lagi saat menyadari bahwa rumah makan itu dipenuhi dengan orang-orang yang sedang makan siang. Saya berpikir, tidak ada kah yang kuat menahan sedikit rasa lapar ini? Mengapa iman umat islam begitu rapuh. Realita seperti ini bukan hanya saya temui di perjalanan. Di lingkungan masyarakat pun masih banyak orang-orang yang tidak menjalankan ibadah puasa. Mengapa ini bisa terjadi? Apa yang menjadi alasan kita untuk tidak berpuasa? Lapar? Tidak maukah kita sedikit bertahan untuk menjalankan perintah Allah? Apa yang tidak diberikan Allah kepada kita? Akal, fisik yang lengkap, kesehatan, udara gratis, apa yang kurang? Mengapa kita tidak ada kemauan untuk membalas segala yang sudah diberikan Allah kepada kita?

Karena realita inilah, tidak heran jika bumi kita selalu terkena bencana. Tidak taukah kita bahwa Allah telah mengatakan, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". Puasa itu wajib. Sudah jelas. Wajib. Meskipun kemudian Allah mengatakan, "(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." Dalam ayat ini Allah mengatakan bahwa kita diperbolehkan tidak berpuasa jika sedang dalam perjalanan. Tapi dalam perjalanan seperti apa yang dimaksud. Jarak minimal adalah 88,656 km. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

Sebagaimana disebutkan dalam hadits: Artinya: Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Wahai penduduk Mekkah janganlah kalian mengqashar shalat kurang dari 4 burd dari Mekah ke Asfaan" (HR at-Tabrani dan ad-Daruqutni )

"Adalah Ibnu Umar ra dan Ibnu Abbas ra mengqashar shalat dan buka puasa pada perjalanan menepun jarak 4 burd yaitu 16 farsakh".

Ibnu Abbas menjelaskan jarak minimal dibolehkannya qashar shalat yaitu 4 burd atau 16 farsakh. 1 farsakh = 5541 M sehingga 16 Farsakh = 88,656 km. Dan begitulah yang dilaksanakan sahabat seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Umar.

Sumber : http://pangerans.multiply.com

Sekian dulu artikel saya kali ini. Semoga bulan Ramadhan kali ini membawa berkah kepada kita semua. Semoga pertelevisian segera mengubah tayangan-tayangan mereka. Sangat disarankan dalam menjalankan ibadah puasa untuk tidak menonton Televisi, kecuali untuk tayangan yang tidak merusak moral. Ingat, iklannya pun sudah mulai menampilkan aurat-aurat yang bisa merusak iman. Selamat menunaikan ibadah puasa, mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan.


sumber :http://sebuah-blog.blogspot.com/2009/08/sangat-wajar-bumi-kita-kena-bencana.html
              http://punya-doni.blogspot.com/

Comen on Facebook

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

 
tambahan KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia